Wednesday, 26 December 2007

Syawal kelabu - Awal kesedihanku

Tanggal 21 Oktober 2007, awal mula kesedihanku. Pagi hari sekitar jam 8an, Ibu membangunkanku dari tidur. Beliau memintaku mengantarkannya ke rumah sakit untuk memeriksakan pinggangnya yang sakit sejak hari Idul Fitri. Sekitar jam 9an, aku berangkat bersama Ibu ke rumah sakit. Setibanya dirumah sakit, aku segera mendaftarkan Ibu ke poli penyakit dalam. Setelah mendaftar, aku dan Ibu menunggu panggilan di depan poli penyakit dalam. Lama... mungkin ada kali 1,5 jam aku dan Ibu menunggu. Setelah nama Ibuku dipanggil oleh suster yang bertugas, Ibu segera masuk ke ruangan dokter. Sekitar 15 menit, Ibu keluar dan memintaku menyelesaikan administrasi. Ternyata dokter belum dapat mendiagnosa penyakit Ibu sebelum ada hasil rontgen. Maka dokter yang saat itu bertugas merujuk Ibuku ke bagian radiologi untuk di rontgen. Mungkin jam 12an aku dan Ibu sudah berada di bagian radiologi. Aku dan Ibu kembali menunggu panggilan. Setelah menunggu lama, Ibu akhirnya dipanggil oleh petugas radiologi. Lalu sekitar 30 menit, Ibu keluar dari ruangan radiologi. Hasil rontgen baru bisa diambil hari senin. Berhubung hari senin rencananya Ibu akan menghadiri acara halal-bi-halal di tempat kerjanya, jadi Beliau memintaku memintaku untuk mengantarkannya kembali hari selasa dan aku mengiyakan. Lalu setelah semuanya selesai, aku dan Ibu pulang ke rumah. Sekitar jam setengah 2, aku dan Ibu sudah ada dirumah. Berhubung hari sebelumnya aku tidur agak malam jadi aku ngerasa ngantuk sekali, aku pun tidur siang. Tak lama Ibu tidur disampingku. Sekitar jam 5an, aku dibangunkan oleh Ibu karena aku belum sholat Ashar dan aku pun bangun lalu menunaikan sholat Ashar. Karena tadi siang aku belum makan, perutku terasa lapar sekali. Aku meminta Ibu memasakan nasi goreng (kebetulan Ibu belum sempat masak tadi pagi). Maghrib nasi goreng buatan Ibu selesai dibuat, aku segera memakannya bersama Ibu. Setelah makan aku menunaikan sholat Maghrib. Sekitar jam 7 kurang, aku pergi keluar untuk membeli obat yang diresepkan dokter untuk Ibu sekalian malam mingguan. Waktu berlalu dengan cepat... aku melihat jam sudah menunjukan jam setengah 11 malam. Aku bergegas pulang. Setibanya dirumah, TVku terlihat masih menyala dan aku melihat Ibu sudah tidur. Lalu aku matikan TV dan kembali masuk ke kamar Ibu. Setelah agak lama aku baru menyadari sesuatu, Ibu tidur tenang sekali (biasanya kalau aku masuk ke kamarnya Beliau langsung bangun). Lalu aku melihat sesuatu yang ganjil pada paha Ibu (darah tampak menggumpal) dan tubuh Beliau terasa begitu dingin. Serentak aku menyadari bahwa Ibu sudah tiada. Aku panik... Aku langsung pergi ke rumah paman yang terletak tidak jauh dari rumah. Berteriak-teriak di depan rumah paman rupanya membangunkan tetanggaku yang lain. Ternyaya pamanku sedang menginap di rumah iparnya di Tanggerang. Aku semakin panik... Mana pada malam itu, Bapak sedang tidak ada di rumah (Beliau sedang ada urusan yang menyebabkan tidak bisa pulang ke rumah). Akhirnya aku meminta pertolongan kepada tetanggaku, aku lalu berinisiatif segera membawa Ibu ke rumah sakit. Setibanya di IGD, suster dan dokter yang bertugas memastikan bahwa Ibu sudah tiada... Aku tidak menyangka nasi goreng yang ku makan adalah masakan terakhir Ibu, Aku tidak menyangka Ibu yang telah melahirkanku ke dunia ini, yang sering memarahiku jika aku melakukan kesalahan, yang menasehatiku di saat aku sedang bimbang, bahkan yang menyuapiku di saat aku sedang sakit telah meninggalkanku untuk selama-lamanya...